Selasa, 22 Januari 2013

RADIO WIRELESS


Radio Wireless adalah salah satu alternatif media dalam jaringan
telekomunikasi. Saat ini kebutuhan masyarakat akan komunikasi semakin
bertambah, hal ini secara tidak langsung menuntut penyediaan media penyalur
telekomunikasi yang semakin cepat. Solusi jaringan lokal akses radio (wireless
access) yang memiliki kemampuan layanan pita lebar ( broadband ) adalah pilihan
pertama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.
Jaringan akses radio (wireless access) memiliki keunggulan dibandingkan
dengan jaringan akses tembaga ataupun jaringan akses optik mengingat jaringan
akses radio (wireless access) dapat digelar dengan cepat, fleksibel dan lebih
murah dibandingkan dengan jaringan akses kabel tembaga (copper) ataupun
optic.
Saat ini, (diambil dari portal Departemen Komunikasi dan Informatika
republik Indonesia) tercatat bahwa Ditjen Postel telah mengalokasikan beberapa
pita frekuensi seperti 1.9 GHz, 2.1 GHz, 2.3 GHz, 2.4 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz, 3.5
GHz, 5.7 GHz untuk akses radio layanan pita lebar. Beberapa jenis teknologi pun
telah tersedia untuk layanan pita lebar berbasis radio tersebut. Salah satu
diantaranya adalah teknologi WiMAX.
Apa itu “WiMAX”???? WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave
Access) adalah teknologi telekomunikasi yang bekerja seperti telepon, dengan
WiMAX internet dapat diakses dimana saja dan kapan saja.
Teknologi ini adalah pengembangan teknologi broadband wireless
sebelumnya yang menawarkan layanan broadband menggunakan basis standar
global serta jaminan interoperability produk perangkat. Lainnya adalah teknologi
seluler yang dikembangkan pada pita-pita tersebut di atas yang juga dapat
menyediakan layanan pita lebar bagi masyarakat.
Akan tetapi, pemerintah perlu merumuskan kebijakan tentang Broadband
Wireless karena Besarnya minat dan banyaknya permohonan untuk layanan pita
lebar berteknologi baru dalam layanan Broadband Wireless dan
mempertimbangkan tujuan pemerintah untuk meningkatkan penetrasi
teledensitas informasi/ICT secara cepat, efektif dan efisien dengan harga
terjangkau masyarakat serta mendorong partisipasi industri dalam negeri.
Bagaimana sih perkembangan radio wireless itu? (Pemaparan berikut merupakan contoh
perkembangan wireless di Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur yang dibantu oleh tim
CNRG ITB)
Di tahun 1997-1998, kurang lebih seminggu tim CNRG ITB mendampingi secara
tatap muka, yang saat itu adalah Yadi Heryadi, Luthfi Kisbiono Arif, dan Ismail Fahmi
(selanjutnya diskusi secara online via mailing list). Sementara UMMNet yang saat itu dibina
Bapak Drs Muizzudin, Bapak Eko Budi Cahyono, S.Kom, dan Bapak Rahmat Wijaya, SE
dengan dibantu beberapa mahasiswa yang ternyata menjadi ujung tombak, antara lain
Taufik Rahman, Siswanto, Nur Kholis Madjid, Berlian Rozak, Tri Widianto Andi Aminudin,
Muhammad Nasar, Haerani Akbar, Saiful Bahri, dan Bima Finanto. Dalam kesempatan
inilah diterangkan berbagai materi yang berkaitan dengan Internet dan TCP/IP.
Dipraktekkan bagaimana sejumlah komputer saling dihubungkan hingga membentuk
jaringan intranet dan internet.
Hingga akhirnya kami mulai bisa memasang FreeDBS release 1 untuk server
internet pertamakalinya, yang dimotori tim Administrator seperti Siswanto, Tri.Widianto,
Taufik, Haerani Akbar dengan servis DNS, proxy, dan Web Server. Mulailah online di
internet situs UMM pertama kali di http://www.umm.ac.id. Sementara tim Webmaster
yang dimotori Nur Kholis Madjid, Berlian, Andi, dkk saat itu mulai sibuk mendesain
tampilan web untuk mengisi situs barunya.
Materi NOS (Network Operating System) dan Linux, oleh Ismail Fahmi, diberikan
secara unix sebagai alternatif pengembangan jaringan UMMNet berikutnya. Mulailah
dibahas teknologi Packet Radio yang menggunakan modem 1200 bps dan radio FM VHF.
Terpilih secara alamiah sebagai motor waktu itu Muhammad Nasar dan beberapa kawan,
yang konon tertarik dengan pengembangan sistem telekomunikasi radio ini.
Packet radio terus di-oprek oleh Nasar, yang saat itu masih berkutat pada sofware
NOS berbasis DOS sampai sekian lamanya, sampai-sampai muncul julukan baru oleh
rekan-rekannya, "CNRG UMM" (Cilik-cilik Ngoprek Radio Ga mari-mari). Akan tetapi tidak
lama setelah sentilan itu muncul, berhasillah di-setup Gateway Radio Packet se Malang
Raya menggunakan sistem operasi Linux Slackware 3.5, dengan perangkat bekas seperti
CPU 486DX, memory 16M dan HDD 40Gb, sebuah modem baycom TCM3105 yang dirakit
sendiri, serta sebuah radio tranceiver FM-VHF dengan daya pancar 200 mili watt
mengudara pada frekuensi 144.15 MHz lewat sebuah antena VHF Omnidirectional yang
diletakkan di atas atap gedung perpustakaan pusat UMM.
Alokasi IP Amatir-pun dialokasikan oleh Onno W. Purbo YC1DAV dengan netmask
44.132.136/24 untuk kecepatan 1200bps, dan 44.132.137/24 untuk pengembangan
berikutnya di kecepatan 9600bps.
Pergerakan Amatir Radio di Malang
Dimulailah pergerakan para hobbyst amatir radio di Malang untuk mengkoneksikan
terminalnya ke Internet melalui gateway baru ini. Antara lain Bapak Nuchin Alfauzi
(YC3ZAM) di sekretariat ORARI Malang Stadion Gajayana, Bapak Hifni (YB3ZBZ) di MITEK
UNIBRAW, Bapak Heru di POLTEK Malang, Bapak Wismanu di VEDC Arjosari Malang, Om
Tino di Jl. Cikampek, Om Bino yang suka lirik-lirik, dan yang lebih menarik adalah
beberapa rekan kos-kosan mahasiswa yang juga turut tersambung dengan jaringan AMPRNet
Malang ini.
Terminal yang digunakan bervariasi, ada yang menggunakan modem baycom, ada
pula yang memakai souncard sebagai modem. Untuk sistem operasi pun, saat itu ada
yang menggunakan linux, NOS, dan flexnet berbasis MS Windows. Kami sempat pula
mengadakan seminar/workshop packet radio di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, dan
instalasi gateway packet radio sejenis untuk wilayah Surabaya yang bermarkas di Lab
Telecom Teknik Elektro ITS yang dimotori oleh mas Haris dibawah binaan Bapak Dr.
Salehuddin (alm).
Bagaimana cara setup gateway dan menjadi bagian dari AMPRNet, saat itu sempat
kami tuangkan pada paper (dapat didownload di http://onno.vlsm.org/v11/ref-ind-
1/physical/wireless/amateur-packet-radio-network-11-1999.rtf) yang dipresentasikan pada
Konferensi AI3 di ITN tahun 1999.
Hari terus berganti, tim UMMNet pun yang status sebagai mahasiswa, setelah masa
studi selesai, satu persatu mulai melangkahkan kaki menapak babak selanjutnya.
\


> GAMBAR RADIO WIRELESS :














>PRAKTEK DASAR SETTING RADIO WIRELESS

1.      Siapkan Hardware yang akan digunakan seperti PC yang memiliki LAN Port baik On Board ataupun Card, Seperangkat Radio Level One Type WBR – 5400 beserta adapternya dan kabel LAN type Straight.
2.      Pasang Adapter pada Radio Level One Type WBR – 5400 dan hubungkan dengan terminal listrik yang menyala à tunggu dan perhatikan hingga lampu indikator menyala.
3.      Pasang dan sambungkan kable LAN pada port LAN di PC maupun di Radio Level One Type WBR – 5400.
4.      Reset Radio Level One Type WBR – 5400 dengan menekan tombol kecil (dalam) dengan menggunakan bolpoint,dsb kurang lebih selama 30 detik.
5.      Open Web Browser yang kamu miliki namun kita pake yang umum digunakan dulu saja, kita buka Mozilla.
6.      Matika Firewall kamu terlebih dahulu pada web browser ataupun pada antivirus !!
7.      Ketikkan alamat http://192.168.123.254 maka akan muncul LocalHost Radio Level One Type WBR – 5400.
8.      Pada pojok kanan atas,masukkan Password default yaitu “ admin ” kemudian login sebagai administrator.
9.      Kamu sudah masuk?? Saya yakin SUDAH
Kita Lakukan Setting sederhana dahulu,yaitu mengubah IP Default menjadi IP Local yang kita inginkan dengan cara :
1.      Klik pada basic setting à primar (saat setting default, radio ini menggunakan sistem DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol)) yaitu IP yang disebarkan radio dapat diterima secara otomatis oleh pernagkat yang menerimanya.
2.      Ganti Local IP sesuai yang kamu inginkan, misalkan IP Defaultnya 192.168.123.254 kita rubah menjadi 192.168.15.30 kemudian klik save dan kemudian klik reboot
3.      Kita coba apakah berhasil dengan cara manual, kita ketik http:// 192.168.15.30.
  
 >MEDIA WIRELESS

Ada dua jenis media yang biasa digunakan untuk wireless LAN, yaitu : gelombang radio dan  sinyal optis infra merah.
1.      Media Radio
Gelombang radio telah  secara meluas banyak dipakai untuk berbagai aplikasi (seperti TV, telepon selular, dls). Keunggulannya adalah karena gelombang radio dapat merambat menembus objek seperti dinding dan pintu.

·         Path loss
Semua receiver radio didesain untuk beroperasi pada SNR (perbandingan antara daya signal dengan daya noise) yang telah ditentukan. Biaya yang  harus dikeluarkan dalam mengembangkan wireless LAN ini lebih banyak pada interface radio yang sanggup menjamin SNR yang tinggi.  Faktor-faktor yang mempengaruhi  SNR  adalah noise receiver yang merupakan fungsi dari temperatur ambient dan bandwidth dari sinyal yang diterima. Daya sinyal juga merupakan fungsi dari jarak antara pemancar dan penerima. Kesemua faktor ini membentuk suatu path loss channel radio untuk sistem wireless LAN.

·         Interferensi Channel yang berdekatan
Karena menggunakan prinsip pemancaran gelombang radio, maka untuk transmiter yang memiliki frekuensi yang  sama dan berada di satu gedung  atau ruang yang berdekatan  dapat mengalami interferensi satu dengan yang lainnya. Untuk sistem Ad hoc, channel yang berdekatan dapat disetup dengan frekuensi yang berbeda sebagai isolator, sementara untuk sistem infrastructure  dapat diterapkan three cell repeater yang masing-masing  sel yang berdekatan (3 sel) memiliki frekuensi berbeda dengan pola pengulangan.

·         Multipath
Sinyal radio, seperti halnya sinyal optic dipengaruhi oleh multipath;  yaitu peristiwa di mana suatu ketika receiver menerima multiple signal yang berasal dari transmitter yang sama, yang masing-masing sinyalnya diikuti oleh path yang berbeda di antara receiver dan transmitter. Hal ini dikenal dengan multipath dispersion yang dapat menimbulkan intersymbol interference (ISI).

             Media Inframerah

·         Inframerah memiliki frekuensi yang jauh lebih tinggi dari pada  gelombang radio, yaitu di atas 1014 Hz. Inframerah yang digunakan umumnya dinyatakan dalam panjang gelombang (biasanya dalam nanometer) bukan dalam frekuensi. Inframerah yang biasa digunakan adalah yang memiliki panjang gelombang 800 nm dan 1300nm. Keuntungan menggunakan inframerah dibandingkan dengan gelombang radio adalah tidak diperlukan regulasi yang sulit dalam penggunaannya. Untuk mereduksi efek noise pada sinyal infra merah, digunakan bandpass filter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar